njajal_admob_di_blog

Pages

Thursday, December 28, 2023

Emisi Karbon, Pemanasan Global, Perubahan Iklim

Eunice Newton Foot pada tahun 1856 melakukan sebuah percobaan sederhana. Dia siapkan 2 toples dan termometer. Satu toples diisi dengan gas CO2,dan gelas lain diisi denganj udara. Semua tolpes ditutup rapat. Kemudian ia menjemur dan meneduhkan kembali tolpes-2 tersebut. Yang dia dapat dari percobaan ini adalah: toples yang berisi gas CO2 menyerap panas lebih cepat (ketika di jemur) & menyimpan panas tersebut lebih lama (ketika di teduhkan)

Ilmuwan Swedia Svante Arrenius pernah mengembangkan sebuah teori guna menjelaskan zaman es. Dia menyatakan bahwa perubahan kadar karon dioksida di atmosfer dapat mengubah temperatur bumi melalui fenomena greenhouse effect. Ia menghitung bahwa peningkatan kadar karbon dioksida sebanyak dua kali dari sebelumnya akan meningkatkan temperatur 5 derajat Celcius. Dia berharap peningkaan tersebut berlangsung dalam 3000 tahun, tetapi aktivitas industri justru menjadikannya hanya berlangsung satu abad.

Pada tahun 1920, Milutin Milanković seorang matematikawan, astronom, klimatologis, geofisikawan, dan insinyur sipil dari Serbia mengajukan teori baru tentang orbit bumi yang dikenal dengan siklus Milanković yang menjelaskan tentang perubahan iklim jangka panjang Bumi yang disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam posisi Bumi terhadap Matahari. Siklus ini dapat menjelaskan terjadinya zaman es pada geologi Bumi pada masa lampau, serta perubahan iklim di Bumi yang dapat terjadi di masa depan.

Guy Stewart Callendar mengembangkan teori yang menghubungkan kenaikan konsentrasi CO2di atmosfer dengan perubahan suhu global. Di tahun 1938, ia menunjukkan kenaikan suhu di daratan sudah meningkat sejak 50 tahun sebelumnya. Teori ini dikenal sebagai efek Callendar

Pada tahun 1950-an terdapat cukup kekhawatiran untuk memulai pemantauan tingkat karbon dioksida di dunia. Charles David Keeling adalah orang pertama dari Scripps Institution of Oceanography di UC San Diego yang memulai penelitian konsentrasi CO2 di atmosfer. Keeling mulai melakukan penelitian CO2 pada bulan Maret 1958 di gunung Mauna Loa di Hawaii. Tempat tersebut dipilih untuk mengambil sampel udara yang jauh dari sumber CO2 seperti kota. Sampel diambil setiap hari dan konsentrasi dihitung menggunakan instrumen yang mengubah absorbansi inframerah pada setiap sampel menjadi konsentrasi CO2 dalam bagian per juta menurut volume (ppmv).


 
Pada tahun 1970-an, penelitian yang dilakukan oleh Departemen Energi AS menunjukkan bahwa peningkatan industrialisasi akan segera menghasilkan apa yang dikenal sebagai efek rumah kaca;

Efek Rumah Kaca

Atmosfer kita sebagian besar terdiri dari gas nitrogen, oksigen, dan sejumlah kecil gas lainnya, seperti uap air karbon dioksida dan metana. Sebagian besar radiasi dari Matahari melewati gas-gas ini karena gas ini memiliki panjang gelombang pendek. Radiasi tersebut memanaskan tanah dan dipancarkan kembali (albedo) sebagai radiasi gelombang panjang. Molekul uap air, karbon dioksida, akan melewatkan sebagian besar radiasi gelombang pendek yang melewatinya, namun menyerap radiasi gelombang panjang yang dipantulkan bumi. Ini menyebabkan mereka bergetar (vibrasi) dan tentu saja getaran ini menyebabkan panas, yang dipancarkan ke atmosfer.


1978, Exxon merekruit peneliti-2 muda untuk bergabung, dan banyak hasil penelitian yang diperoleh: mesin fax, Exxon nuklir, Exxon solar, baterai lithium. Salah satu penelitian yang dinanai Exxon dan dijalankan oleh peeliti mereka sediri adalah: exxon research program to help assess the greenhouse effect (program penelitian exxon untuk membantu menilai efek rumah kaca). Harapan peneliti, agar Exxon memahami dan mendapat tempat di meja perundingan untuk menjadi bagian dari solusi karbon, bukan agar dapat menyangkal masalah


Brannon report (1957, Exxon) dan Robinson report (1968, Stanford Research Institute didanai industri minyak) meyatakan pembakaran bahan bakar fosil berpengaruh pada iklim lobal. Tanggapan pimpinan perusahaan minyak justru meminta Stanford untuk kembali dan memeriksa pekerjaanya karena tidak suka akan kesimpulan hasil penelitian. Tak puas, big oil kemudian mendanai peneliti-2 lain untuk melakukan penelitian yang hasilnya kali ini sesuai keinginan big oil. Lebih lanjut big oil ini bahkan melakukan lobi-2 politik (sehingga mucul istilah oiligarki)


Film dokumenter diatas menyajikan sejarah ilmu iklim sejak penemuan CO2 (1757) hingga film inconvenient truth (2006, ini thrillernya). Ringkasnya: iklim global dan bagaimana perubahannya

James Edward Hansen (Columbia University), pada suatu malam di tahun 1853 bermaksud mengamati gerhana bulan, namun pengamatannya terganggu oleh bulan yang tertutup seluruhnya oleh awan debu letusan Gunung Agung yang terbawa atmosfer. Sejak saat itu, Hansen, di dibimbing ilmuwan luar angkasa James Van Allen, menjadi tertarik pada atmosfer planet. Ia membahas planet Venus pada thesisnya, karna sangat ingin mengetahui mengapa suhunya sangat panas.

Tahun 1970an, NASA meluncurkan probe ke Venus, dan didapati suhu permukaan venus adalah 370° C dan bahwa atmosfer venus hampir 100% berisi CO2. Muncul dugaan bahwa efek rumah kaca disebabkan karena tingginya konsentrasi CO2 di planet2 tata surya ini. Ketika NASA ingin meneliti atmosfer, NASA menugaskan Hansen membuat model komputer berdasarkan fisika yang telah dia pelajari. Hansen menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar tren pemanasan disebabkan oleh peningkatan CO2, namun tidak cukup untuk menjelaskan perubahan yang diamati. Namun ketika menambahkan fisika atmosfer bumi (termasuk lautan) serta variasi CO2, dan letusan gunung berapi, serta sinar matahari, didapatkan penjelasan yang cukup bagus tentang perubahan suhu.

1980, di Florida, diadakan pertemuan yang melibatkan ilmuwan, ekonom, pakar kebijakan, dan pakar dari industri.Tujuannya adalah memberikan rekomendasi kebijakan kepada Komisi Nasional Kualitas Udara untuk mencegah terjadinya pemanasan global. Saat itu, semua orang memiliki pemikiran yang sama dengan sains dan setuju bahwa ini sekarang adalah masalah politik. Mereka sepakat bahwa diperlukan semacam perjanjian internasional untuk membatasi akumulasi CO2 di atmosfer, Henry Shaw, perwakilan dari Exxon, menyarankan masa transisi akan diperlukan ketika dunia secara bertahap menghentikan pembakaran bahan bakar fosil dan mulai menggunakan energi terbarukan.


Dalam perkembangannya, petinggi big oil justru menyangkal tuduhan bahwa CO2 adalah penyebab emisi karbon dan pemanasan global. Salah satuya adalah Lee Raymond (CEO Exxon) yang pada tahun 1996 mengutip hasil penelitian James Hansen, dengan hanya memfokuskan pada sinar matahari sebagai penyebab pemanasan global. Lobi-2 politik juga dilakukan oleh para petinggi big oil. Ketika kampanye, semua kontestan calon presiden pasti menjanjikan penanganan perubahan iklim, namun setelah terpilih menjadi presiden, tak lama setelah pelantikan kebijakan berubah 180 derajat dan mengesampingkan isyu emisi karbon


Berandai2 tentang peribahan politik karna perubahan iklim



No comments:

Post a Comment